Wednesday, November 6, 2019

Tentang Tua dan Mendewasa

25 tahun 5 bulan, tidak semenakutkan yang saya bayangkan. Quarter life crisis is real, meskipun banyak yang menyangkal pula krisis yang terjadi karena overthinking atau ketakutan yang berlebihan. Mungkin benar, mungkin juga salah. Saya pribadi merasakan tingkat stress dan ragu yang lumayan susah untuk dikontrol. Berusaha mengatur ekspektasi dan ego diri yang kadang tak jarang melambung tinggi. Membuat raga dan hati keteteran untuk memenuhi. Krisis kepercayaan pada diri sendiri juga sering hadir. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul-hadir sering kali membuat hati kecil merengek-rengek. Lalu terdiam “ Iya ya, saya bisa apa?”



Baca juga:

25 tahun 5 bulan, bukan sudah jadi apa saya sekarang. Tapi tentang apa yang terus bisa saya lakukan lebih baik lagi kedepannya. Jadi apa dan dengan apa yang saya miliki sekarang tak lain dan tak bukan karena banyaknya doa ayah dan ibu yang dikabulkan oleh Allah. Kebaikan Allah terus menguatkan saya dalam setiap perjuangan dan memberikan banyak orang  baik di sekitar.  Allah sungguh Maha Baik untuk saya yang jauh dari kata baik. Sedang dalam ikhtiar semoga bisa jadi lebih baik, terus dan terus. Aamiin ~

Baca juga:

25 tahun 5 bulan, seperempat abad lebih. Berasa tua, tapi nyatanya masih cukup muda dan harus banyak belajar lagi. Pun sampai di titik ini masih banyak yang belum dijelajahi. Ilmu yang dimiliki juga jauh dari kata banyak. Belum lagi dengan pengabdian yang dibagikan. Masih sangat kecil sekali manfaat yang diberikan untuk orang lain. Jadi rasanya, perlu pikir-pikir lagi kalau berfikir untuk berhenti berjuang. Banyak sekali harapan yang ada dipundak. Ayah dan ibuk, keluarga dan teman-teman yang senantiasa bersama dalam setiap suka-duka perjuangan. Harapan untuk terus bisa berbagi manfaat dengan yang lain.  


25 tahun 5 bulan, belum sepenuhnya bisa berpikiran dewasa. Rasanya masih kekanak-kanakan, masih suka mengeluh, belum bisa kontrol pikiran dengan baik, masih sering juga apa-apa pake perasaan. Lelah, rasanya begitu. Satu sisi kepikiran banget sama hal yang bahkan tidak penting. Terlepas saya memang tipe melankolis dan cukup peka dengan lingkungan sekitar, namun lelah sekali seperti semua energi terserap habis. Beruntungnya saat ini sudah paham harus bagaimana. Menghilangkan perasaan “tidak enakan” untuk kebaikan diri sendiri. Menarik diri sejenak, berbincang pada diri sendiri atau sejenak menikmati hening.

Baca juga:

25 tahun 5 bulan, tua memang bukan hanya perihal umur. Namun terlebih pada kedewasaan, bertambah dewasa tidak serta merta terjadi ketika menginjak usia tertentu. Butuh proses yang panjang pendeknya dipengaruhi banyak faktor, utamanya lingkungan. Banyak yang menua, tapi tidak mendewasa.  Ada yang masih muda, namun ternyata jauh lebih dewasa.  Jadi, perihal dewasa atau tidak sebenernya bukan hanya perihal waktu, tapi juga pilihan diri. Bertambah usia tidak tentu menua, namun pilihan untuk terus berjiwa muda dan mendewasa.


Baca juga:

25 tahun 5 bulan, makin banyak pertanyaan “kapan” yang didapatkan. Apalagi saat pulang ke kampung halaman dua bulan lalu.  Tenang, tak perlu terburu-buru, semuanya adalah pilihan. Toh apapun pilihan yang diambil, pertanyaan “kapan” lainnya akan setia menyertai. Entah pertanyaan basa-basi, ataupun sekedar kekepoan yang tidak perlu ditanggapi dengan serius. Hehehe saya sih begitu ~ Nanti kalau udah waktunya, “kapan” itu pasti terjawab dengan sendirinya. So, take it easy ~


25 tahun 5 bulan, banyak pelajaran yang bisa diambil sejauh ini. Tentang mental illness, self-love, berdamai dengan ego dan ekspektasi diri. Pun perihal masa lalu, tentang datang dan pergi. Semoga senantiasa diberikan raga yang kuat dan hati yang tulus dalam berjuang. Bukan hati yang kerasa lalu merasa benar sendiri. Sekian celoteh dan curcol yang cukup panjang kali ini. Selamat menikmati malam dan selamat mendewasa, bersama ~

5 comments:

  1. Cukup menyadarkan. Mari bersama kita ikhlas menerima diri kalau semakin hari akan semakin tua dan syukur menjadi semakin mendewasa. Aminnn.

    Jadi... "kapan" nih? :p

    ReplyDelete
  2. Umur kita nggak beda jauh, mbak. Bahkan untuk saya yang sudah punya anak, perasaan menganggu tentang apa yang belum tercapai itu juga masih ada. Tapi balik lagi semua harus dijalani saja dengan niat yang baik.

    ReplyDelete
  3. Ada yang usianya boleh tua, tapi pola pikirnya masih jauh dari dewasa, dan sebaliknya.. Semoga dengan bertambah usia kita, bertambah pula keberkahan hidup, semakin bisa memberikan kebaikan kepada orang banyak dan bisa lebih menghargai yang namanya waktu. Karena sejatinya waktu (dunia) gak akan pernah bisa diputat kembali...

    it's so Inspired

    ReplyDelete
  4. mungkin bagi orang yang punya pola pikir santai hal ini tidak ada, atau hanya mitos atau dianggap paraoid semata dari orang orang yang terlalu ribet pemikirannya seperti saya contohnya. jujur saya mengalami waktu lebih lama untuk berdamai dengan diri saya sendiri dibanding dengan kamu. jadi mari kita selesaikan jalan ini agar bisa meniti jalan yang lainnya. hwaitting!

    ReplyDelete

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES