Monday, January 26, 2015

Untitled - Maaf Langit

Hai langit. Apa kabar?
Aku hanya merindumu. Mengenang masa putih abu abu yang ternyata lebih menyenangkan dari sekarang. Dan memang benar, jauh lebih bahagia menjadi anak kecil. Menghabiskan waktu dengan kepolosan, tanpa ada rasa iri sekalipun. Mudah melupakan mudah memaafkan. 

Seiring bertambahnya usia, justru hati kecil semakin nakal. Membuatku kewalahan mengendalikan diri sendiri. Membuat tak jarang mataku bengkak tiba-tiba. Ah kadang aku ingin berteriak. Tak perlu seperti ini, tapi begitu susah rasanya membuatnya sedikit lebih besar.

Langit, aku merindumu. Merindu berceloteh panjang lebar. Mengadu banyak hal. Memandangmu lekat-lekat.

Langit. Akupun rindu satu momen ketika semuanya begitu jauh d harapan, kamu selalu dekat. Kamu tetap disana, tetap memberikan keyakinan bahwa semua impian itu pasti dan bisa d wujudkan. Kamu tetap ada, memberi semangat bahwa semuanya akan baik-baik saja selama kerja keras dan tetap percaya bahwa Allah pasti bersama orang-orang baik.

Langit. Sampaikan maafku pada Sang Pemberi Kehidupan. Aku terlalu banyak mengeluh, terlalu banyak merajuk, terlalu banyak bersedih. Dan akupun terlalu banyak kufur atas semua limpahan berkah yang telah aku punya. Maafkan aku langit. Maaf jika setiap saat memanggilmu. Terima kasih selalu membuatku nyaman, kamu semoga selalu baik-baik saja.

Sekian langit. Aku tak tau harus berceloteh apa (lagi). Sampai jumpa dengan cerita bahagia. .

Saturday, January 3, 2015

Doakan saja, aku lelah



Hai langit. Selama malam. Kamu, apa kabar? Sekarang, aku menikmati dinginnya Kota Batu di sebuah villa yang tak jarang membuat bulu kuduku merinding.  Untungnya mereka baik, baik sekali padaku. Ramah tersenyum namun tatapannya tetap saja sama. Tatapan yang membidik. 

Hai langit. Sejenak ijinkan aku berbagi rasa. Rasa yang perlahan luntur. Aku rasanya belum pantas. Belum cukup dewasa. Terlalu kekanak-kanakan. Terlalu alay mungkin. Namun seperti biasanya, aku terlalu keras kepala untuk tetap merasanya.

Malam ini, pollux tak henti membujukku. Semuanya akan baik-baik saja. Semuanya akan seperti sedia kala. Kamu cukup tersenyum, cukup percaya kamu mampu melaluinya. Malu, yang teramat sangat. Bodoh, yang mungkin terlalu berlebih.  Tertawa ataupun sedih berubah dalam waktu singkat. 

Aku lelah ? Mungkin. Teramat lelah. Dan aku butuh istirahat. Butuh menerima kebodohan yang berlebih, malu yang mungkin tak kan pernah bisa hilang. Yang lain menganggap biasa? Mungkin biasa. Tapi bagiku, kejadian tadi adalah kebodohan terbesar. Dan aku menyesal melalui hari ini. Sesal yang berlebih!

Entahlah, asaku sampai batas. Doakan, besok kotak ketawa kembali bisa dibuka. Doakan saja!  Aku lelah.
COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES