Selamat malam. Selamat memadu kasih. Selalu syahdu mendengar alunan ayat suci Al-Quran ditengah-tengah heningnya malam. Berada diujung bulan Ramadhan. Menikmati indahnya kebersamaan berkumpul bersama keluarga. Membagi cerita, merajut rindu yang lama terpendam.
Well, akhirnya terkumpul juga mood-mood baik untuk membagikan cerita berkelana di negeri tirai bambu sebulan yang lalu. Menaklukan writer block yang ternyata kuat sekali menghalangiku menyentuh keyboard, menuliskan cerita. Sebulan yang lalu, Allah memberikan kemudahan dan ridhonya untukku sehingga satu mimpi di dinding kamar akhirnya tercoret. Banyak ilmu, pengalaman serta teman baru yang selalu mengharu biru jika diingat-ingat kembali perjuangan dalam keberangkatanku mengikuti program itu.
Baca juga: Terima kasih, Aku tak mampu berkata (lagi)
Baca juga: Terima kasih, Aku tak mampu berkata (lagi)
Program selama sebulan yang lalu dilaksanakan oleh Tianjin University dengan tema My Dream of Blue Ocean. Program itu diadakan pada tanggal 31 mei - 13 juni 2015. Cukup untuk sedikit mengenal, atau mungkin sekedar menyapa. Summer camp ini diikuti oleh 19 peserta dari 13 universitas berbeda dari seluruh dunia yang tergabung dalam ACNET – EngTech (ASEAN – China Network for Cooperation and Exchanges among Engineering and Technology Universities). Peserta summer camp rata-rata adalah mahasiswa S2, 1 mahasiswa S3 serta beberapa mahasiswa S1 di tahun ke-4. Merasa muda dan menambah rasa ingin tahu yang besar untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya di Summer Camp ini.
Baca juga: China - ASEAN My Dream of Blue Ocean Summer Camp Closed at Tianjin University
Baca juga: China - ASEAN My Dream of Blue Ocean Summer Camp Closed at Tianjin University
Pada summer camp ini terdapat beberapa rangkaian acara. Acara utamanya yaitu course mengenai Marine Environment and Technology (MET). Terdapat 14 materi course yang diajarkan. Sangat menarik sekali penjelasan yang diberikan oleh Lao Shi dan mereka semua kebanyakan adalah proffesor dan Associate professor. Berikut ini topik untuk masing- masing course:
MET 1 : Prof. Wang Guangyi mengenai Marine Microalgae for Biofuel Production
MET 2 : Prof. Cang Wang mengenai Biofiltration System – A Solution to VOC Emissions
MET 3 : Prof. Ma Wencho dengan materi course mengenai Municipal Solid Waste (MSW)
Management in China
MET 4 : Prof Ji Na dengan materi course mengenai Catalytic Synthesis of Biofuels
MET 5 : Prof. Ji Min mengenai Wastewater Reclaimation and Reuse in Tianjin, China
MET 6 : Prof Jin Chao mengenai Coastal Plant – Salt Resistance Gene Treasure – House
MET 7 : Prof. Sun Yuexia dengan materi course Indoor Air Quality and Health
MET 8 : Prof. Liu Qingling mengenai Zeolite Synthesis and their Application as CO2 adsorbent and De-NOx catalyst
MET 9 : Prof. Li Xuebin dengan materi course mengenai Pretreatment Technology in Bioenergy Production Process
MET 10 : Prof Li Ruying mengenai Biohydrogen production from wastewater and wastes
MET 11 : Prof. Yang Yongkui mengenai Emerging Contaminants in Water Environment
MET 12 : Prof Song Chungfeng mengenai CO2 capture technologies and their developments
MET 13 : Prof. Zhao Yingxin mengenai Low Cost Absorbent for Wastewater Treatment
MET 14 : Prof Zang Guanghui mengenai Adsorption of Cessium by an Adsorption – microfiltration process with Potassium Zinc Hexacyanoferrate (PZH)
Setiap course memiliki durasi selama 2 jam atau lebih bila ada diskusi lanjutan. Selain ada summer course juga ada kunjungan di beberapa laboratorium di Tianjin University. Pada kunjungan Lab ini Lao Shi memberikan penjelasan mengenai beberapa instrumen untuk penelitian khususnya untuk deteksi logam pada sample dan air pollution. Selain itu juga ada lab work mengenai pembuatan bahan katalis untuk produksi biofuels. Semuanya sungguh menambah lumbung pengetahuanku :')
Selain course dan kunjungan lab, juga terdapat kegiatan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Tianjin, China. Mulai dari mengunjungi Haichang Polar Ocean World, Ancient Cultural Street, Drum Tower, Tianjin Natural History Museum, Italia Style Town, National Centre Ocean of Technology, Yangluiqing Wood Block New Year Picture Museum, Five Avenue serta exploring haihe river menggunakan kapal sehingga bisa melihat keindahan sungai, jembatan dan begitu menakjubkannya Tianjin Eye di malam hari.
Ancient Cultural Street (dok.pribadi) |
Night View Exploring Haihe River (dok.pribadi) |
Saat di kapal menelusuri Haihe River (dok.pribadi) |
Haichan Polar Ocean World (dok.pribadi) |
Tianjin Natural Museum (dok.probadi) |
Nankai University (dok.pribadi) |
Exploring China juga berlanjut dengan mengenal budaya China memalui acara cultural show. Ada pertunjukan opera china, kunfu china serta belajar bersama membuat Chinese Knot. Tidak hanya itu setiap negara juga diwajibkan untuk mempresentasikan budaya negaranya masing-masing dengan memakai baju adat. Begitu bahagia, bisa membagikan dan bercerita mengenai keindahan Indonesia, betapa unik budaya dan bahasa serta keanekaragaman yang ada di Indonesia. Semakin meningkatkan kecintaan dan kebanggan menjadi warga negara Indonesia.
Learning Chinese Knott |
Hari terakhir dari kegiatan summer camp adalah final project setiap grup untuk mempresentasikan topik yang berhubungan dengan Teknologi Kelautan dan Lingkungan. Aku menjadi perwakilan dari grup 1 untuk mempresentasikan mengenai Teknologi Desalinasi Air Laut dengan Proses Humidifikasi – Dehumidifikasi Energi Surya. Begitu senangnya bisa mendapatkan kepercayaan dari Grup yang notabene beranggotakan mahasiswa S2 dan S3.
Setelah presentasi selesai, dilanjukan dengan presentasi dari 3 grup lainnya dan pidato singkat dari pihak Tianjin University. Selanjutnya adalah perwakilan dari peserta untuk menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti Summer Camp. Aku terpilih menjadi perwakilan dari peserta summer camp untuk menyampaikan pesan dan kesan selama 2 minggu mengikuti seluruh kegiatan summer camp 2015. Setelah penyampaian kesan dan pesan ditutup dengan group foto dan makan siang bersama.
Pada summer camp ini aku juga berkesempatan untuk merasakan masakan khas China namun tetap waspada dengan label halal. Satu hal yang begitu mengesankan dari perjalanan ini adalah saat susahnya mendapatkan makanan halal. Di Tianjin, muslim termasuk dalam kaum minoritas. Di kampus total terdapat 5 kantin, dimana 4 kantin umum dan 1 muslim kantin. Aku merupakan satu-satunya peserta muslim dalam summer camp ini sehingga setiap pagi Student Ambassador selalu mengantarku ke muslim kantin. Untunglah aku bisa meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja pergi sendiri dan hafal jalan kembali ke kelas ataupun ke hotel. Selain tidak ingin merepotkan aku juga merasa kasian pada mereka karena jarak muslim kantin sangatlah jauh dari gerbang utama kampus yaitu sekitar 30 menit untuk mencapai kesana. Allah selalu menguatkan kaki ini untuk melangkah, syukurlah. Aku juga senang para koki di kantin muslim sangatlah baik padaku, setiap aku masuk mereka selalu tersenyum dan mengangguk padaku, yaa meskipun saat memesan makanan aku menyampaikan dengan bahasa tubuh, maklum belum lihai bahasa mandarin. Wkwkkww :)
Selain susahnya mendapatkan makanan halal, suatu kebahagiaan tersendiri jika dikampus bertemu dengan muslim dan saling mengucap salam. Begini mungkin rasanya menjadi kaum minoritas di suatu negara, hati dan diri yang selalu mengingatkan untuk sholat. Tak pernah terdengar suara adzan dan disana juga aku tak menemui satu masjid sekalipun. Di tianjin notabene warganya beragama budha. Dan sebagiannya lagi atheis. Beberapa peserta begitu heran ketika melihatku ibadah ataupun berdoa. Mereka juga sering menanyakan mengapa aku mau mengenakan jilbab dan selalu memakai pakaian tertutup. Ada beberapa dari mereka bahkan yang bertanya mengapa memilih islam yang penuh aturan, mengapa bukan agama yang lain. Penjelasan yang sederhana, bahwa Islam memiliki keindahan dan tujuan dalam setiap aturannya.
Banyak hal berbeda antara negeri ini dan Indonesia. Untuk akses internet, pemerintah China cukup ketat dibuktikan dengan memblokir beberapa sosial media dan website yang sering digunakan. Awalnya merasa kesulitan karena biasanya di tanah air bisa mengakses website dan sosmed sesukanya, nah di china hanya bsa mengakses line dan whatsapp. Di chinapun tidak bisa mengakses google, alhasil yaaaaa you know what i feel. Disini hanya bisa menggunakan baidu.Seiring berjalannya waktu, bisa beradaptasi dan menemukan cara untuk membuka sosmed dan website yang diblokir dengan menginstal fqrouter2 dan dibantu oleh Student Ambassador. Kehidupan seperti kembali, google, facebook, instagram dan sosial media lainnya bisa kembali diakses. Ternyata tidak se-ngenes yang dipikirkan.
Selama program summer camp ini, setiap peserta bisa mendapatkan akses internet apabila ada wifi. Meskipun aku juga membeli sim-card China, namun tak bisa digunakan untuk internet karena perlu memasukkan student ID yang biasanya didapat oleh International Students yang lanjut belajar disana. Alhasil hanya bisa mengirim pesan dan telpon dengan nomor lokal (China) saja. Harga sim-card disana sekitar 40 RMB = 84 ribu.
Perjuangan dalam visa yaa cukup memberikan wawasan baru. Untuk pengurusan visa China ini sedikit rumit dan banyak aturan karena saat pengaturan visa kemarin memakan waktu sekitar 2 minggu lebih. Dari Konjen China meminta LoA asli dari pihak Tianjin University sehingga saat itu visa baru didapat H-2 jam sebelum departure ke Jakarta. Jadi biar gak kejadian sama bisa apply visa jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Biaya pengurusan visa China sekitar 540 rbu jika mengurus tanpa agen (mengurus sendiri ke Konjen). Dengan bantuan agency dikenakan biaya tambahan sekitar 200 ribu.
Dalam perjalanan mengikuti summer camp ini, aku punya pengalaman tersendiri karena harus menginap 1 malam di bandara China dan 1 malam di Changi. Yaaa awalnya takut karena sendirian dan perempuan. Tapi nyatanya semua berjalan dengan baik. Tak perlu ada yang ditakutkan, banyak yang mendoakan dan selalu berdoa pada Allah :) Tetap mawas diri dan hati - hati dimanapun berada.
Bertemu dengan mahasiswi muslim di Tianjin. Alhamdulilaah :) |
Terima kasih ya Allah, terima kasih untuk kesempatan menginjakkan kaki di negeri ini. Terima kasih untuk kesempatan selalu belajar dan introspeksi diri :) Allah sungguh Maha Baik.
Sekian cerita dari negeri tirai bambu semoga bermanfaat :)
Sampai jumpa di cerita selanjutnya. . .
Asean Youth Eco Leaders Program - Cambodia . . . coming soon
Do your best and make yourself the best you can be :) |