Tuesday, May 26, 2020

Melebihi Seperempat Abad: Hidup laksana bianglala

Rasanya tidak pernah siap menyambut pertambahan usia di bulan kelima setiap tahunnya. Kali ini 26 di tanggal 26, membuat terdiam cukup lama di sepertiga malam yang entah kenapa terasa berbeda. Hening, sunyi dan tenang yang membuat rasa debar membuncah dalam dada. Berkontemplasi tentang apa saja yang telah terjadi, tentang mimpi-mimpi yang selalu dikendalikan oleh ambisi. Perihal berdamai dengan masa lalu, kembali membuka hati dan mengikhlaskan apa yang memang sudah pergi, harusnya kini bisa jauh lebih sederhana.

Hidup laksana bianglala ❤️

Baca juga: 

Tentang tua dan mendewasa 

Memegang kendali akan ekspektasi

Melebihi seperempat abad, banyak kekhawatiran yang kian menumpuk bersama ekpektasi yang kini bisa lebih terkendali. Setidaknya belajar dari tahun sebelumnya, ketika sangat ketakuan diterpa quarter life crisis. In the end, everything is fine. All is falling into place. Sesuai apa yang sudah Allah gariskan dan Allah ijinkan untuk terjadi.

Malu rasanya sama Allah, tak terhitung nikmat yang diberikan setiap harinya tapi terus dan terus merasa kurang. Masih susah sekali untuk bisa setia melebihkan syukur. Padahal dengan melebihi seperempat abad, harusnya jadi lebih paham bahwa merasa kurang tidak akan pernah menambah nikmat. Justru dengan merasa cukup dan penuh syukur, nikmat akan semakin berlipat.

Berkawan dengan gagal  

Melebihi seperempat abad, ingin ini itu banyak sekali. Beberapa mimpi tereliminasi dengan sendirinya karena merasa diri ini tidak akan mampu menggapai. Semakin rumit pertimbangan dalam mengambil keputusan. Takut akan banyak hal, padahal belum juga dieksekusi. Alhasil, beberapa rencana hanya berakhir wacana karena terlalu ciut dengan resiko yang masih sekedar dalam bayangan. Harusnya tidak begitu, justru melebihi seperempat abad jadi lebih berani merangkul gagal untuk jadi kawan. Agar takut tak berani datang menghinggapi untuk merealisasikan mimpi. Bukankah jauh lebih merugi jika tak pernah merasakan nikmatnya gagal sama sekali? 

Bertambah usia, jauh lebih bijaksana 

Melebihi seperampat abad, bukan lagi tentang apa yang sudah kamu dapat. Tapi lebih kepada apa saja yang sudah kamu berikan dan apa manfaat yang sudah kamu bagikan untuk sekitar. Bukan tentang memperkaya diri sendiri dan abai akan hak orang lain di rezeki yang dititipkan Allah. Bukan pula membanggakan jabatan ataupun membanding-bandingkan kekayaan diri yang semakin memupuk sifat kufur dalam dada. Padahal tiap rezeki yang diberikan Allah pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Ah, semakin bertambah usia semoga jauh lebih bijaksana dalam berucap, bersikap dan tentunya bertindak. Sungguh malu, bertambah tua namun tidak mendewasa.  

Tak perlu tergesa-gesa, nikmati saja

Melebihi seperempat abad, terus berdoa agar bisa mengikhlaskan masa lalu. Berdamai dengan kecewa karena ditinggalkan atau patah hati karena dikhianati. Sebab untuk sembuh adalah sebuah pilihan. Remuk yang mengunci hati membuat takut untuk kembali membuka hati. Pun tanpa kepastian tidak akan dikecewakan ataupun disakiti kembali. Namun jelas satu yang pasti, niat baik yang diingkari memberikan pelajaran bahwa ada hal yang lebih baik dari Allah telah siap menanti. Bukankah kesedihan dan kekecewaan haruslah dicukupkan? Tak baik juga jika terus-terusan.

Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku – Umar bin Khattab

Melebihi seperempat abad, memang usia siap berumah tangga untuk wanita. Pun banyak teman dan sahabat sepermainan yang sudah punya jagoan kecil masing-masing, Semakin pula diburu dengan pertanyaan kapan dan siapa yang akan melengkapkan separuh hati.  Tenang, kenapa harus tergesa-gesa ? Menikah bukanlah kompetisi, tapi komitmen membagi hidup dengan seseorang yang pasti sangat menghargai pasangannya untuk seumur hidup. Nikmati saja masa yang ada sekarang, memperbaiki diri sembari terus berusaha membuka hati.

Jangan salah, tidak semua orang bisa melepaskan masa lalu semudah membalikkan telapak tangan. Ada yang berusaha sangat keras menyibukkan diri untuk bisa lupa bahwa hatinya telah dikhianati. Ada yang bahkan kehilangan kepercayaan dan kecintaan pada dirinya sendiri karena terlalu bodoh percaya pada janji yang hanya tinggal janji. Melebihi seperempat abad, semoga hati ini bisa dilengkapkan di waktu terbaik. Saat keduanya sama-sama siap untuk berbagi cinta dan merajut cerita dalam satu atap. Tentunya dengan penuh berkah dari Allah.

Hidup laksana bianglala

Melebihi seperempat abad, semakin paham bahwa hidup ini laksana bianglala. Ada saat berada di atas, jadi lebih pandai melebihkan syukur atas nikmat yang jumlahnya tak akan bisa untuk dihitung. Ada saat berada di tengah-tengah, jadi lebih mawas diri bahwa apa-apa yang dimiliki saat ini adalah sementara, bahkan bisa hilang dalam sekejap. Maka apa gunanya menggenggam terlalu erat hingga lupa untuk berbagi?

Sementara saat berada di bawah, jadi lebih paham bahwa ujian yang datang tidak akan melebihi kapasitas diri. Ujian juga bisa berarti Allah merindukan kita untuk lebih mendekatkan diri padaNya. Pun saat masa-masa berada di bawah bisa lebih memaknai bahwa perjuangan dan kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Tenang, akan selalu ada pelangi setelah hujan badai. Tenang, akan selalu  ada kemudahan menyertai kesulitan yang datang. Tenang ada Allah, kalau Allah sudah menghendaki, apapun pasti jadi.

Turning 26 on May 26th ❤️

Melebihi seperempat abad, terima kasih tak terhingga untuk keluarga yang begitu tulus memberikan cinta tanpa pamrih. Terima kasih selalu menjadi rumah paling nyaman untuk pulang. Semoga makin banyak kebaikan dan cinta di tahun 26, terus semangat memperbaiki diri dan menebar kebaikan untuk sekitar!

Salam sayang penuh cinta dari Naris dan Tata ❤️

9 comments:

  1. semoga kita selalu menjadimorang yang bersyukur atas nikmat yang telah di berikan allah swt :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin aamiin ya rabbal alamiin. . Makasih mas 😊🙏🏻

      Delete
  2. Saat kita dibawah, mungkin benar kalau allah merindukan kita dan sedang proses membantu kita untuk semakin bertumbuh. Selamat ulang tahun yang ke 26 beb, semoga segala doa-doa mu juga menjadi kehendak yang direncanakan Allah untukmu *with love

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, makasiih mbaaak. . Mbaak jugaa yaa sehaat dan suksess selaluu 😊❤️

      Delete
  3. Usia 26 itu, bener-bener masa galau buat saya dulu mba, sekaligus tahun dimana saya akhirnya ketemu jodoh 😂

    Masa muda itu rentang waktunya tidak lama kalo dibandingkan dengan rentang waktu ketika sudah menjadi orang tua.

    Mungkin kita bisa mengisi waktu dengan belajar mencintai diri sendiri, memahami apa sebenarnya keinginan kita di lubuk hati yang terdalam, lalu sempurnakan dengan mempelajarinya, agar bagaimanapun jadinya kita nanti tidak akan pernah kita sesali karena kita sudah melakukan yang terbaik dengan menyayangi diri kita sendiri.

    Bukan bermaksud egois, tapi dengan begitu kualitas diri kita akan menjadi yang terbaik di mata orang yang juga terbaik.

    Met Ultah yang ke 26 ya mba ☺️

    ReplyDelete
    Replies
    1. MasyaAllah mbak rini, makasih atas sharingnyaa. iyaa mbak bismillah menikmati masa" skrng dengan penuh syukur dan bahagia. Kan jodoh pasti bertemu, aamiin ☺️

      Delete
  4. Barakallah mbak Lucy, selamat ulang tahun. Sehat selalu yaa, terima kasih sudah bertahan sejauh ini. Aku sepakat sekali dg refleksi tulisanmu ini, tetap bersabar dan terus berkarya ya. Semangat terus :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, makasiih mbak ellaa. . .mbak jugaa yaa sehat dan sukses selaluu ☺️

      Delete

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES