Saturday, January 18, 2020

#Kontemplasi2019: Allah Maha Baik ❤️

Januari berjalan cepat sekali. Padahal rasanya baru saja menikmati matahari terbit pertama di awal pergantian tahun 2020, sejenak berkontemplasi tentang apa yang sudah dilalui di tahun 2019. Pun merenungi beberapa pelajaran hidup yang didapat dalam setahun terakhir.

Matahari terbit pertama tahun 2020.
Gwangalli, Busan ❤️ 
Sejak awal tahun 2019, saya tidak menuliskan secara terperinci tentang mimpi dan resolusi yang ingin saya wujudkan seperti tahun-tahun sebelumnya. Antara ingin membuat diri lebih flexible dengan apa yang ada di depan mata, ataupun kebiasaan menuliskan resolusi yang justru membuat saya terlalu keras dengan kemauan diri.

Allah Maha Baik, sudah membuat 2019 saya yang meskipun tanpa resolusi tertulis bisa berjalan seindah dan sebaik ini. Banyak sekali pelajaran hidup yang saya dapatkan. Tentang lebih mencintai diri sendiri, mengontrol ego dan ekspektasi, mengikhlaskan dan melepaskan apa yang memang tidak ditakdirkan untuk diri.

Baca juga:
Self-love dan berdamai dengan diri sendiri

Pun saya belajar banyak tentang kerja keras dan tidak pernah menyerah dengan keadaan. Meski masih harus lebih pandai mengontrol diri yang suka ngeluh, suka ngomel-ngomel sendiri dan kadang suka kecil hati. PR besar yang masih terus jadi resolusi setiap tahunnya. Jadi bijak dan dewasa itu ternyata tidak mudah πŸƒ

2019 was so colorful 🌈
Flashback tentang banyak hal yang terjadi di 2019 begitu nano-nano buat saya. Better late than never, biar jadi pengingat kalau lagi down atau bongkar-bongkar brangkas blog. Kamu lebih kuat dari apa yang kamu pikirkan, rasanya memang benar. 

Everything is possible with Allah ❤️
Masih ingat memori awal tahun 2019 sudah dihadapkan dengan permasalahan di lab, sabotase sampel dan senior yang super menjengkelkan. Belum lagi tuntutan prof dengan ekspektasi yang selalu tinggi sampai seringkali saya bertanya ke diri sendiri, saya bisa nggak ya? Pertanyaan yang terus terngiang seiring banyak kegagalan yang dihadapi saat penelitian. Mulai dari hasil yang ternyata diluar hipotesis dan ekspektasi, kegagalan berkali-kali sampai ingin menyerah dan pulang saja ke Indonesia. 

Sampai pada satu titik minta izin ke ayah buat pulang saja ke rumah karena penelitiannya tidak mungkin bisa selesai tambah kondisi lab yang sungguh tidak nyaman untuk belajar. Lalu jawaban ayah,

"iya pulang aja, gak papa. Kamu terlalu keras sama diri kamu sendiri. Coba ekspektasinya diturunin, penelitian gak berhasil 100% sebenernya gak papa. Kamu aja yang pengen semuanya sempurna, kan uda banyak juga hasil yang diambil. Tinggal dikit lagi selesai, tapi kalau kamu nyerah dan pengen pulang keputusan juga ada di tangan kamu. Pulang aja ayah gak ngelarang". 

Yap, diizinkan buat pulang. Di seberang sana pasti ayah sudah punya perhitungan kenapa justru mengiyakan keinginan ayas untuk pulang. Bukan malah terus memotivasi untuk lanjut. Membuat saya termenung, iya juga ya. Ambis ini keterlaluan, ambis yang tidak saya sadari. Selalu mengelak dan tidak suka kalau dilabeli dengan sebutan ambis. Ini totalitas, jawab saya selalu begitu. Padahal ambis yang totalitas dipikiran banyak orang. 

Akhirnya setelah banyak pertimbangan saya memutuskan lanjut dan bersyukur bisa selesai juga studi di lab yang penuh drama. Emang ya drakor ini melekat di kehidupan nyata di korea. Penuh drama πŸ˜…

Baca juga:
Akhirnya wis-udah: seberapa susah kuliah master di Korea Selatan?

Makna yang perlu digaris bawahi disini, tidak ada yang tidak mungkin. Mungkin satu-satunya yang menjadi penghambat kemungkinan yang terjadi adalah ekspektasi dan ego diri yang terlalu tinggi. Berprasangka buruk sama diri sendiri padahal ada Allah yang selalu membantu kapanpun. Belum lagi kebiasaan menyalahkan keadaan, membuat banyak kemungkinan dan andai-andai yang tampak lebih baik padahal belum tentu begitu. Pada akhirnya apa yang terjadi sekarang memang sudah digariskan seperti ini oleh Allah ❤️

Everything is possible with Allah ❤️
Lebih mencintai diri sendiri 🌻
Ngomongnya gampang, jalaninya susah euy! Tidak sesantuy ngomong santuy untuk selalu mencintai diri sendiri sebelum bucin ke yang lain πŸ˜…πŸ˜‚ Tahun 2019 kemarin saya banyak introspeksi diri, biar lebih paham sama apa sih yang diinginkan. Mulai dari memisahkan dari toxic people yang kehadirannya jarang disadari tapi lama-lama memberikan efek yang buruk ke diri sendiri.


Lebih menyadari kalau diri ini berharga, jadi dont let others dictate your worth. Termasuk melepaskan apa-apa yang memang tidak mau tinggal, buat apa? Toh dia yang rugi, kan!

Memasuki seperempat abad yang kental dengan isu-isu quarter life crisis membuat saya lebih concern tentang kesehatan mental. Jadi lebih paham juga mana yang harus dipertahankan, mana yang tak perlu lagi digenggam. Pun makin tenang menghadapi banyak pertanyaan kapan yang tak ada habisnya πŸ˜…

Baca juga:
Tentang tua dan mendewasa

Selalu ingat pesan dari Umar bin Khattab, "Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku". 

Jadi, apa yang perlu dikhawatirkan? Rencana Allah adalah sebaik-baik rencana ❤️

Berdamai dengan kegagalan dan kehilangan πŸ™…
Masih menyambung point tentang lebih mencintai diri sendiri, tahun 2019 lalu saya juga banyak belajar tentang beragam kegagalan yang terjadi selama setahun terakhir. Membuat saya lebih paham tentang kegigihan dan tidak mudah menyerah ketika gagal. Disisi lain saya juga belajar untuk bertawakal setelah sepenuhnya berikhtiar.

Kita bisa merencanakan apapun, namun pada akhirnya Allah selalu menjadi pembuat keputusan akhir yang mutlak. Kalau sudah rejeki pasti tidak akan kemana, kalau sudah jodoh pun pasti kembali. Sesederhana itu ❤️

Karena yang hilang sejatinya tidak benar-benar hilang. Hanya berpindah ke tempat yang lain, kan?
Begitupun halnya dengan kehilangan. Kita tidak pernah tau apa-apa yang ditakdirkan untuk selalu bersama kita. Termasuk nikmat sehat, nikmat bahagia yang kadang kehadirannya sering terlupakan namun begitu diharapkan dan bahkan sedih sekali ketika nikmat itu hilang. Padahal kalau dihitung banyak sekali nikmat yang masih ada disisi. Memang begitu, manusia seringkali meratapi apa yang telah hilang daripada mensyukuri hal-hal yang sudah dipunya dan senantiasa ada.

“Jangan bersedih, sesungguhnya cukuplah Allah bagimu.” (QS. At Taubah: 40)

Keberuntungan dan bonus pencapaian diri πŸ“–
Lucky, nama yang juga sebagai doa ayah ibuk agar saya selalu dikelilingi dengan keberuntungan dan kebaikan. Kebaikan yang beragam sekali wujudnya. Bersyukur sekali tahun lalu mendapat keberuntungan untuk mencicipi label juara dalam beberapa lomba blog. Pun bisa mengikuti konferensi ilmiah di negeri sakura, negeri yang sejak lama ada dalam list negara yang ingin saya kunjungi.

Bonus plus plus, alhamdulillah πŸ₯°
Bonusnya lagi bisa dapat best oral presentation sembari liburan tipis-tipis dari kehidupan lab. Sungguh nikmat Allah mana lagi yang saya dustakan? Alhamdulillah semuanya sungguh nikmat, termasuk proses dan perjuangannya πŸ₯°

Banyak yang bilang keberuntungan datang bersamaan dengan kesiapan, yap siap untuk mendapat keberuntungan. Memang begitu? Yang pastinya saya percaya apapun yang didapatkan saat ini adalah tanda sayang Allah pada kita, Masya Allah. Allah Maha Baik ❤️

Self-reward dan mencoba banyak hal baru
Sebagai upaya realisasi lebih cinta ke diri sendiri, sekarang saya juga lebih sering memberikan self-reward dengan hal-hal sederhana yang saya suka. Mulai dari mood booster jajan ke kedai es krim, cooking time saat sudah penat dengan kerjaan, beli pernak-pernik lucu untuk hadiah diri sendiri πŸ˜…plus tahun ini juga pengen lebih banyak ngeblog lagi. Lebih konsisten menulis dan mengabadikan momen dalam tulisan. Meskipun semi-semi curcol πŸ˜…

Jalan-jalan juga sebagai bentuk self-reward 😁
Baca juga: 

Self-reward ini saya rasa penting sebagai upaya apresiasi pada diri sendiri. Seringkali tanpa disadari kurangnya apresiasi bisa memicu turunnya motivasi. Apalagi lingkungan sekitar dikelilingi dengan orang-orang yang minim apresiasi dengan tingkat kompetisi tinggi, wah bisa-bisa muncul depresi πŸ˜… Self-reward ini bisa jadi cooling down diri sendiri. Apresiasi paling sederhana biar diri ini terus bertahan dan berjuang. Kalau diungkapkan semacam "Well done, kamu hebat!"

Selain lebih sering memberikan self-reward, saya juga banyak mencoba hal baru serta pergi ke tempat-tempat baru yang belum pernah saya kunjungi. Tahun lalu pertama kalinya saya ikut kegiatan volunteering di Busan untuk bersih-bersih sekitaran pantai Gwanggali. Bersyukur juga punya kesempatan buat explore tempat-tempat di Korea. Mulai dari yang hits, sampai yang saya gak pernah membayangkan bisa kesana. Kemanakah itu?

Baca juga:
μš°λ¦¬λ΄‰μ‚¬λ‹¨, 화평!  ❤

Naik gunung, eh bukan gunung kali ya. Mungkin lebih pas dibilang bukit karena sebenernya juga tidak terlalu tinggi. Namun karena dasarnya ayas bukan anak rajin yang suka mendaki yaah bukit juga berasa gunung πŸ˜…Tahun lalu alhamdulillah bisa realisasi year end trip ke tongyeong sebagai penutup tahun yang begitu berkesan. Semoga sesegeranya bisa membagi cerita di kontemplasi asa ya, malas ini sungguh terlalu πŸ₯Banyak sekali draft postingan  yang belum terselesaikan πŸ˜…

#momenttoremember πŸ™…
Oiya ada cuplikan perjalanan ke tongyeong yang sudah di upload ke youtube sama mbak elok, check this out ya 😁

Last but not least, senang sekali tahun 2019 kemarin juga berkesempatan mengajak jalan-jalan lab mates saya di Korea untuk menikmati Jogja. Alhamdulillah mereka senang sekali dan plan buat main lagi ke Indonesia, pengennya pas ayas nikahan tapi belum tahu kapan πŸ˜… mohon doanya saja yess 🌻

Jogja selalu istimewa (Sept, 2019)
Sebagai penutup kontemplasi, syukur berlebih harus selalu disampaikan untuk 2019 yang begitu ajaib. Istimewa dengan semua pelajaran hidup yang diberikan. Semoga tahun 2020 bisa terus memperbaiki diri jadi lebih-lebih baik lagi. Aamiin ❤️

Terima kasih 2019 yang begitu ajaib ❤️
Sekian curhatan panjang kali ini. Selamat menikmati minggu 🌻

4 comments:

  1. Terima kasih sudah berbagi pengalaman hidup yang keren, Mbk. Daku turut mengaminkan harapan dikau di tahun 2020 ini. Sukses selalu, yak. Aamiin

    ReplyDelete
  2. Wah mantap sekali, saya jadi sedikit termotivasi
    Kadang saya selalu ingin menggenggam semua hal, walau sebenarnya sadar, tangan ini tak bisa. dan harus ada yang dilepaskan

    ReplyDelete
  3. manusia bisa berencana tapi rencana Tuhan-lah yang jadi ya...dan memang, selalu ingat bahwa Tuhan beserta dan percaya bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan yang baik. BTW selamat ya kak atas wisuda masternya!!! Terus jadi kepo drama sabotase sampelnya cem mana #plak

    Terakhir, selalu ingat bersyukur atas berkat yang Allah beri ya ^^
    Makasih postingannya kak..Ku jadi diingatkan kembali dan terberkati oleh post kaka ^^

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah atas segala hal marilah kita selalu bersyukur atas segala karunia Allah sesungguh nya manusia sangat sedikit yang bersyukur

    ReplyDelete

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES