Wednesday, September 25, 2019

Akhirnya wis-udah: Seberapa susah kuliah master di Korea Selatan?

Alhamdulillah, 2019 menjadi tahun yang begitu istimewa. Tidak pernah terpikir bisa sampai di titik ini. Bisa kembali mengenakan toga untuk kedua kalinya dan masih sama tanpa PW. Lol, salah fokus. Dua tahun akhirnya terlalui dengan baik meskipun dalam perjalanannya tak pernah luput dari sambat a.k.a mengeluh, perasaan ingin berhenti dan aksi-aksi alay yang tidak dewasa lainnya. Kalau diingat-ingat kenapa saya selebay itu ya? 


Maklum, apapun yang sudah terlalui jadi terlihat mudah. Padahal saat menjalani rasanya susah menahan diri untuk tidak menyerah. Banyak saksi hidup yang bisa ditanya, sudah berapa kali saya ingin berhenti dan pulang dari melanjutkan studi master di Busan ini? sudah berapa tweet yang isinya keluhan dan cuitan putus asa? Mungkin banyak yang akan komentar, “itu mah kamu aja yang terlalu mudah terbawa emosi” Benar kok, orang melankolis mah emang begitu. Lol.

Postingan kali ini, ingin celoteh panjang mengenai suka duka kuliah master di Korea Selatan. Lebih tepatnya di kampus saya dan sedikit pandangan di kampus-kampus lain (sejauh yang saya tau). Disclaimer: mengandung banyak curhatan yang bersifat pribadi, kalau bosen bilang ya. Jangan langsung pamit. #kenapaarahnyakesiniya


Ada banyak yang punya cita-cita dan target khusus untuk bisa menimba ilmu di negeri gingseng. Beberapa karena memang suka budaya ataupun bahasanya, ada juga yang jadi fans berat K-pop, K-drama, dan K lainnya. Kalau saya pribadi sampai sekarang masih ingin sekali bisa menimba ilmu di Belanda, mimpi yang tertunda rasanya.

Jadi, kenapa saya ambil Master di Korea Selatan, tepatnya di Busan?
Anammox, yap alasan utama dan satu-satunya karena topik penelitian. Saya bukan fans K-pop, K-drama ataupun K-budaya dan K-bahasa, riset yang membawa saya sampai ke Busan. Anammox belum banyak dipelajari lebih lanjut sebanyak topik sistem activated sludge yang sudah lebih dari 100 tahun. Anammox ini diterapkan dalam sistem pengolahan limbah yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi.


Saya tergabung dalam laboratorium Mikrobiologi Lingkungan dan Energy. Makin dekat dengan dunia biologi, mata pelajaran yang dulunya amat saya benci karena lebih suka matematika dan fisika, dibanding biologi yang banyak hafalannya. Namun makin kesini, Allah makin mendekatkan dengan apa yang tidak saya suka. Sekarang justru jadi jatuh cinta.

Bagaimana sistem perkuliahan di Busan?
Tidak jauh lebih mudah dari pada dulu kuliah di ITS. Tapi dari segi GPA entah kenapa lebih bagus daripada dulu di ITS. betapa beruntungnya saya, alhamdulillah 😁 Sebelum mulai perkuliahan memang sudah janji sama diri sendiri, terbang jauh-jauh ke Busan tidak mau setengah-setengah. Harus totalitas, seberat dan sesusah apapun harus sampai maksimal. Ambis ya? Ada yang bilang begitu. Tapi bagi saya pribadi, ini sepenuhnya jadi tanggung jawab saya karena telah mengambil keputusan lanjut studi. Ada banyak harapan yang saya bawa sampai kesini terutama ayah dan ibuk. Jadi, saya ingin memberikan yang terbaik, semaksimal yang saya bisa.

Untuk studi master di kampus saya, PNU, kebanyakan mahasiswa Indonesia mendapatkan beasiswa penelitian dan beasiswa kampus sehingga diwajibkan untuk stay di lab melakukan penelitian. Pun hal tersebut berlaku untuk saya. Jam kerja masing-masing lab berbeda. Untuk lab saya, Senin sampai Jumat wajib mulai dari pukul 09.00 sampai 18.00. Kalau sabtu optional saja jika ada penelitian. Tapi kalau saya selalu ada penelitian disebabkan karena reaktor saya sistem kontinu. No telat-telat karena yang telat akan dicatat dan diberi sanksi. Senior di lab saya sangat disiplin ~ Bersyukur bisa memacu saya juga jadi ikut disiplin dan tepat waktu.

Lab lain ada yang mulai jam 10.00 – 18.00, ada juga yang 09.00 – 21.00. Atau bahkan ada yang 09.30 sampai 22.00. Jadi tidak bisa disamakan, bersyukur banget kalau lab yang tidak ada jam wajib lab. Bisa datang dan pergi sesuka hati. Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau ya ~


Mahasiswa program studi master dibebankan 24 sks. Beban mahasiswa master disini memang lebih ke penelitian di lab daripada di kelas. Tapi jangan salah paham juga, kelas memegang andil yang besar dalam penentu kelulusan. Kebanyakan kelas malam yang tersedia, jadi sesudah jam lab selesai. Bisa dibayangkan saja pagi sampai sore ada penelitian di lab dan malamnya kuliah. Saya berusaha menikmati setiap mata kuliah yang saya ambil biar tidak terasa bebannya, meskipun tidak bisa dipungkiri Prof pada tiap kelas tidak pernah absen memberikan tugas. Normal lah ya ~

Untuk nilai disini transparan sekali, hasil kuis, tugas dan ujian selalu diberikan oleh Prof. Setelah ujian akhir pun bisa tahu nilai total yang didapatkan. Jadi bisa tahu nilai akhir yang didapatkan. Prof juga sangat terbuka kalau misal ada nilai yang salah ataupun tidak sesuai. Sebagai mahasiswa asing, Prof juga tidak membedakan dengan mahasiswa Korea. Prof juga cukup strict saat memberikan nilai. Bahkan ada prof yang memberikan nilai minus kalau ada jawaban yang salah.

Untuk sistem belajar mengajar dibebaskan memilih mata kuliah yang ada di syllabus, kalau saya jelas memilih kelas dengan pengantar bahasa Inggris. Agar lebih tersampaikan dua arah juga sih dan Alhamdulillah puas dengan semua kelas yang saya ambil. Kalau di kelas Prof juga sangat interaktif dengan mahasiswa. Bahasa Inggrisnya juga tidak perlu diragukan lagi karena semua Prof khususnya di department saya pernah mengambil post-doctoral di USA. Mantap kan ~

Progress penelitian di lab saya setiap satu minggu sekali. Presentasi update penelitian yang sedang dikerjakan dan juga ada giliran review paper. Bagus sekali menurut saya, bisa memastikan bahwa penelitian terus berjalan dan dalam track yang tepat. Lebih terarah juga kalau semisal ada problem yang terjadi. Jadi selama jadi mahasiswa master, 2 tahun penuh bisa totalitas melakukan penelitian.

Bagaimana hubungan dengan Prof dan teman lab?
Beruntung, as always seperti nama saya. Prof saya orang yang baik karena saya percaya setiap orang terlahir baik. Sejak awal bergabung di lab, Prof memberikan kepercayaan penuh pada saya dengan memberikan kesempatan untuk mendesign sendiri penelitian yang ingin saya kerjakan. Berawal dari satu reaktor untuk pengembangbiakan anammox, bertambah satu reaktor untuk penelitian proses deamonifikasi dalam sistem single dan di akhir masa studi bertambah lagi satu reaktor kombinasi membrane aerasi untuk proses deamonifikasi. Beban lab yang berat dan tidak ada habisnya, rasanya begitu, hingga masa-masa persiapan wis-udah masih saja repot dengan reaktor dan semua progressnya.


Hal baiknya, Prof memberikan kesempatan belajar dan meneliti yang tidak tanggung-tanggung. Saya diberikan kesempatan untuk bisa terus mengeksplore hal-hal yang ingin saya teliti lebih lanjut. Plus saya harus bisa memanajemen waktu sebaik mungkin agar imbang antara penelitian dan menikmati masa muda #ceileh.  Beberapa kali tawaran lanjut studi diberikan oleh Prof dengan beasiswa penuh dan potongan waktu studi 3.5 tahun, namun banyak pertimbangan, salah satunya restu Ibu, yang akhirnya membuat saya tidak bisa mengambil tawaran itu. Jujur juga topik yang ingin saya teliti saat studi lanjut tidak bisa totalitas dilakukan di lab yang sekarang. Jadi mencari tempat baru sepertinya keputusan yang tepat.

Tawaran menjadi researcher akhirnya saya terima dari Prof dengan banyak pertimbangan. Satu, karena tawaran diberikan Prof sebelum lulus jadi sebagai cara aman agar hubungan baik dengan Prof tetap terjaga dan bisa lulus sesuai waktu yang ditentukan. Mengingat banyak tawaran Prof yang tidak saya terima sejauh ini. Dua, alasan yang harusnya tidak jadi alasan karena yang menjadi alasan justru pamit. Lol. Tidak ada yang perlu disesalkan. Sekarang yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah. Insya Allah ~


Lalu,  bagaimana dengan teman lab? Well, beda budaya, beda negara, beda cara pikir dan saya mencoba memahaminya dengan baik. Satu tim penelitian anammox saya terdiri dari 5 orang yang datang dan pergi. Pernah ada konflik serius karena penelitian saya disabotase akibat ada konflik perasaan. Ketawa aja kalau inget masa lalu ini. Untunglah setelah doi lulus, saya bisa kembali fokus mengerjakan penelitian.

Teman-teman korea menurut hemat saya, punya daya saing tinggi, ambisius, dan perfeksionis. Satu lagi, banyak yang berlomba-lomba mendapatkan hati Prof.  Belum lagi, ada yang tega menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diimpikan. Sabotase sampel kemarin mirip-mirip seperti di drama korea. Jadi kalau ada yang nanya gimana di Korea? Yah mirip-miriplah di drama korea gitu. Wkwkw bedanya belum ketemu oppa yang seiman. Lol.


Wis-udah, terlepas banyaknya halang rintang, cobaan dan ujian hidup yang sangat mendewasakan dalam dua tahun ini, saya selalu  percaya bahwa selalu ada kebaikan bersama niat baik dalam menuntut ilmu. Yakin, terus ikhtiar, doa dan tentunya restu dari kedua orang tua. Sebab keberhasilan dan kemudahan yang saya dapat hingga saat ini adalah karena terkabulnya doa-doa tulus ayah dan ibuk di rumah.

Wis-udah, selesai juga studi strata 2. Perlu rehat sejenak mengaplikasikan apa yang sudah didapat. Membagikan ilmu dan pengalaman agar kebermanfaatannya terus mengalir. Persiapan untuk strata 3 rasanya perlu disiapkan lebih awal juga, karena perjalanan kedepan masih panjang. Semoga apa yang disemogakan dan diperjuangkan dengan niat baik bisa terwujud. Aamiin.


Terima kasih untuk yang sudah selalu setia mendoakan dan memberikan support tanpa henti. Terima kasih banyak sudah terus tetap tinggal, meskipun banyak alasan untuk pergi. Sungguh syukur ini haruslah selalu berlebih ~

8 comments:

  1. Selamat ya, Mbak. Kamu keren sekali. Kuliah lulus tepat waktu, sdh ditawari kerjasama, plus di luar negeri pulak. Sukses selalu mbk. Aamiin

    ReplyDelete
  2. Selamat ya mbak. Semoga ilmunya bermanfaat dan sukses selalu, amin...

    ReplyDelete
  3. Keren nih Mbakku ini. Semoga amanah ilmunya. Lanjut yaa S3. Ku pengen juga uy ke Korsel, belum pernah...

    ReplyDelete
  4. Selamat, semoga amanah dan berkah dengan gelar barunya. Sukses selalu.

    ReplyDelete
  5. Selamat mba, semoga barokah ut diri dan keluarga. aamiiin

    ReplyDelete
  6. Syukurlah masalah2 sabotase tidak menyurutkan semangatnya yah

    ReplyDelete
  7. wah keren mbakk.. aku iri sama prestasinyaaaa:DDDDDD

    ReplyDelete
  8. Barokallah... Wis-Sudah yang ini sungguh luar biasa.. "selalu ada kebaikan bersama niat baik dalam menuntut ilmu" note.. karena saya belum pernah duduk dibangku kuliat, semoga niat dalam hati tak pernah luntur dan jadi kenyataan, Allahumma Aamiin..

    ReplyDelete

COPYRIGHT © 2017 | THEME BY RUMAH ES