Biomonitoring lingkungan menjadi satu hal yang diperlukan dan wajib dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan yang ada. Selain itu, biomonitoring menjadi pedoman untuk menganalisis kerusakan lingkungan yang terjadi sehingga bisa dilakukan penangangan secara tepat pada kerusakan atau pencemaran yang terjadi. Mengingat saat ini lingkungan berada pada kondisi yang memprihatinkan dengan jumlah penduduk yang semakin tidak terkendali tanpa dibarengi upaya penyelamatan lingkungan yang berarti.
Beberapa bulan yang lalu saya bersama teman-teman berkesempatan untuk melakukan biomonitoring terhadap sungai Kalibokor, Surabaya. Biomonitoring ini dilakukan dengan menganalisis parameter fisik, kimia dan biologis. Parameter fisik yang diteliti yaitu pH dan suhu. Sementara parameter kimia yaitu BOD5 dan parameter biologi dengan bioassessment makroinvertebrata. Lokasi pengambilan sampel yaitu di sungai Kalibokor Surabaya. Terdapat 4 titik pengambilan sampel dengan jarak masing-masing titik 10 meter. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode grab sampling.
Lokasi Pengambilan Sample |
4 Titik Pengambilan Sampling |
Berdasarkan pengukuran pH dan suhu pada ke empat titik sampling didapatkan hasil sebagai berikut:
Hasil Pengukuran pH |
Hasil Pengukuran Suhu |
Pengukuran pH pada ke empat titik sampling berada pada rentang pH 8-9. Pada titik sampling 2 terjadi peningkatan nilai pH dikarenakan pada titik tersebut terdapat efluent dari penjual bakso yang langsung dibuang ke sungai. Untuk suhu masing-masing titik sampling masih termasuk dalam suhu normal.
Hasil Biomonitoring Parameter Kimia
Hasil Pengukuran Konsentrasi BOD5 |
Konsentrasi BOD5 pada ke empat titik sampling berada pada rentang 14-26 mg BOD/L. Kondisi ini melebihi baku mutu lingkungan untuk parameter BOD sungai kelas IV yaitu 12 mg/L sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Hasil Biomonitoring Parameter Biologi
Untuk penentuan
kualitas air sungai secara biologis dilakukan bioassessment. Bioassessment yaitu metode evaluasi terhadap
kondisi badan air menggunakan survei secara biologis dan pengukuran langsung
terhadap organisme yang hidup di biota air permukaan. Kelebihan dari evaluasi
dengan menggunakan parameter biologis ini adalah:
a. Komunitas biologis
mencerminkan keseluruhan integritas ekologi (yaitu kimia, fisik, dan biologis).
b. Komunitas biologis
mengintegrasikan efek stres yang berbeda.
c. Komunitas biologis
mengintegrasikan tekanan lingkungan dari waktu ke waktu.
d. Pemantauan rutin
terhadap komunitas biologis dapat relative lebih murah.
e. Apabila kriteria
dampak lingkungan yang spesifik tidak ada komunitas biologis dapat menjadi
satu-satunya cara praktis untuk evaluasi.
Namun, evaluasi dengan
indikator parameter biologis ini memiliki kekurangan seperti tidak dapat diketahui secara spesifik
polutan yang mempengaruhi kualitas lingkungan serta terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kehidupan komunitas biologis (seperti cuaca, makanan, dan
pemangsa) dapat membuat hasil analisis menjadi tidak akurat.
Pada bioassessment ini, bioindikator
yang digunakan adalah makroinvertebrata dengan dasar bahwa makroinvertebrata
sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya, ditemukan hampir di semua perairan, jenisnya
cukup banyak dan memberikan respon yang berbeda terhadap gengguan,pergerakannya
terbatas, tubuhnya dapat mengakumulasi
racun serta mudah dikumpulkan dan diidentifikasi. Makroinvertebrata yang teridentifikasi pada bioassessment ini sebagai berikut:
Hasil Identifikasi Makroinvertebrata (Dok.Pribadi) |
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini untuk menentukan kualitas air berdasarkan makroinvertebrata,
yaitu Trent Biotic Index, Belgian Biotic
Indexdan Biological Monitoring Working Party (BMWP ASPT). Metode
BBI, EBI, dan BMWP ASPT memiliki prinsipperhitungan skor indeks biotik yang
berbeda. BBI dan EBImenggunakan prinsip intepretasi makroinvertebrata
yangpaling sensitif, sedangkan metode BMWP menggunakanprinsip skor rata-rata
dari indeks biotik setiap family makroinvertebrata yang teridentifikasi (tidak
hanya yangpeling sensitif).Hasil perhitungan ketiga metode tersebutdapat
dilihat lebih jelas seperti berikut:
Trent Biotic Index (TBI)
Trent
Biotic Index (BBI) merupakan
suatu metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kualitas air dengan
menggunakan indeks biotik dari kelompok organisme yang digunakan, seperti
makroinvertebrata, serta jenis kelompok organisme indikator dalam suatu badan
air atau sampel yang diteliti.
Pada metode TBI ini,
makroinvertebrata yang teridentifikasi memiliki skor masing – masing kemudian
dijumlahkan dengan skor jenis makroinvertebrata lainnya.Setelah didapatkan
akumulasi skor dirata-rata dan didapatkan hasil yang selanjutkan dibandingkan
dengan skor TBI yang ada.Skor dari masing – masing makroinvertebrata seperti
berikut:
Skor TBI (Dok. Pribadi) |
Selanjutnya
dilakukan perhitungan skor TBI yang dipengaruhi oleh jumlah makroinvertebrata
dan jenis makroinvertebrata yang teridentifikasi.Semakin tinggi skor TBI, maka
kualitas badan air semakin baik (Bersih) sementara semakin rendah skor BBI maka
kualitas badan air semakin buruk (kotor). Skor penilaian TBI beserta
kategorinya terdapat pada table berikut:
SKOR TBI
|
KATEGORI
|
0
|
Luar Biasa Kotor
|
1 – 2.9
|
Sangat Kotor
|
3 – 4.9
|
Kotor
|
5 – 5.9
|
Sedang
|
6 – 7.9
|
Agak Bersih
|
8 - 10
|
Sangat Bersih
|
Identifikasi dari
makroinvertebrata yang ditemukan pada masing-masing titik sampling dengan
metode TBI sebagai berikut:
Pada setiap titik yang
diidentifikasi mendapatkan skor dengan kategori kualitas air sedang dan kotor,
sehingga dilakukan perhitungan rata – rata untuk menentukan kualitas air kali
Bokor, seperti berikut
Skor total
= Skor titik 1 + skor
titik 2 + skor titik 3 + skor titik 4
Jumlah titik
= 3 + 5,5 + 4 + 5
4
= 5,6 (SEDANG)
Dari
identifikasi yang dilakukan dengan metode TBI didapatkan total skor 5,6
sehingga sungai Kali Bokor termasuk dalam kualitas badan air kategori Sedang.
Belgian
Biotic Index (BBI)
Belgian Biotic Index
(BBI) merupakan
suatu metode analisis yang dilakukan untuk mengukur kualitas air dengan
menggunakan indeks biotik berdasarkan tigkat kepekaan (toleransi) kelompok
organisme yang digunakan, seperti makroinvertebrata, serta jumlah kelompok
organisme indikator dalam suatu badan air atau sampel yang diteliti.
Pada
metode BBI ini identifikasi berdasarkan famili dari makroinvertebrata yang
ditemukan.Famili makroinvertebrata yang
teridentifikasi memiliki nilai toleransi atau kepekaan masing – masing. Nilai
toleransi makroinvertebrata menunjukan kepekaan terhadap kondisi lingkungan
atau badan air disekitarnya.Semakin tinggi nilai toleransi, maka
makroinvertebrata tersebut semakin tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan
sekitar.Sementara itu, semakin rendah nilai toleransi maka semakin peka
makroinvertabrata terhadap perubahan kondisi lingkungan yang terjadi. Nilai
toleransi famili makroinvertebrata seperti berikut:
Selanjutnya
dilakukan perhitungan skor BBI (Tolerance Value) yang dipengaruhi oleh jumlah
makroinvertebrata dan nilai toleransi makroinvertebrata tersebut.Semakin tinggi
skor BBI, maka kualitas badan air semakin buruk (Kotor) sementara semakin
rendah skor BBI maka kualitas badan air semakin baik (bersih). Skor penilaian
BBI beserta kategorinya terdapat pada table berikut:
SKOR BBI
|
KATEGORI
|
> 6
|
Bersih
|
6 – 7.5
|
Sedang
|
7.6 – 8.9
|
Kotor
|
≥ 9
|
Sangat Kotor
|
Identifikasi dari
makroinvertebrata yang ditemukan pada masing-masing titik sampling dengan
metode BBI sebagai berikut:
Pada setiap titik yang
diidentifikasi mendapatkan skor dengan kategori kualitas air sedang dan bersih,
sehingga dilakukan perhitungan rata – rata untuk menentukan kualitas air kali
Bokor, seperti berikut
Skor total
= Skor titik 1 + skor
titik 2 + skor titik 3 + skor titik 4
Jumlah titik
= 6 + 6,67 + 5,58 + 4,3
4
= 5,64 (SEDANG)
Dari
identifikasi yang dilakukan dengan metode BBI didapatkan total skor 5,64
sehingga sungai Kali Bokor termasuk dalam kualitas badan air kategori Sedang.
Biological Monitoring
Working Party (BMWP)
Biological
Monitoring Working Party (BMWP) merupakan suatu metode analisis untuk mengukur
kualitas air menggunakan family dari makroinvertebrata atau indikator biologi. Skor
indeks biotik (family makroinvertebrata) terdapat pada tabel berikut:
Famili
|
Skor
|
Siphlonuridae, Heptageniidae,
Leptophlebiidae, Ephermerellidae,Potamanthidae, Ephemeridae,
Taeniopterygidae, Leuctridae, Capniidae, Perlodidae, Perlidae,
Choloroperlidae, Aphelocheiridae, Phryganeidae, Molannidae, Beraeidae,
Odontoceridae, Leptoceridae, Goeridae, Lepidostomatidae, Brachycentridae,
Sericostomatidae
|
10
|
Pyralidae
|
9
|
Astacidae, Lestidae, Agriidae,
Gomphidae, Cordulegasteridae, Aeshnidae, Corduliidae, Libellulidae,
Psychomyiidae, Philopotamidae
|
8
|
Caenidae, Nemouridae,
Rhyacophilidae, Polycentropodidae, Limnephilidae
|
7
|
Neritidae, Viviparidae,
Ancylidae, Hydroptilidae, Unionidae, Corophiidae, Gammaridae,
Platycnemididae, Coenagriidae
|
6
|
Mesoveliidae, Hydrometridae,
Gerridae, Nepidae, Naucoridae,Notonectidae, Pleidae, Corixidae, Haliplidae,
Hygrophilidae,Dytiscidae, Gyrinidae, Hydrophilidae, Clambidae, Helodidae,
Dryopidae, Eliminthidae, Chrysomelidae, Curculionidae, Hydropsychidae,
Tipulidae, Simuliidae, Planariidae,
Dendrocoelidae,
Decapoda
|
5
|
Baetidae,
Sialidae, Piscicolidae
|
4
|
Valvatidae, Hydrobiidae,
Lymnaeidae, Physidae, Planorbidae,Sphaeriidae, Glossiphonidae, Hirudidae,
Eropobdellidae, Asellidae
|
3
|
Chironomidae
|
2
|
Oligochaeta
(semua
kelas)
|
1
|
Semakin
tinggi skor BMWP maka menandakan bahwa semakin bagus kualitas badan air
tersebut karena family makroinvertebrata dengan skor tinggi hanya dapat hidup
di air yang mempunyai kualitas air bagus.Sedangkan semakin rendah skor BMWP
maka semakin buruk kualitas badan air tersebut karena family makroinvertebrata
dengan skor rendah yang teridentifikasi dapat hidup di air dengan DO level
kritis. Skor BMWP berserta kategorinya dapat dilihat pada table berikut:
SKOR BMWP
|
KATEGORI
|
0 – 10
|
Sangat Kotor
|
11 – 40
|
Kotor
|
41 – 70
|
Sedang
|
71 – 100
|
Agak bersih
|
>100
|
Bersih
|
Identifikasi dari
makroinvertebrata yang ditemukan pada masing-masing titik sampling dengan
metode BMWP sebagai berikut:
Pada setiap titik yang
diidentifikasi mendapatkan skor dengan kategori kualitas air Kotor, sehingga
kualitas air kali Bokor :
Skor
total =
Skor titik 1 + skor titik 2 + skor titik 3 + skor titik 4
Jumlah titik
= 23 + 13 + 28 + 19
4
= 20,75 (KOTOR)
Dari
identifikasi yang dilakukan dengan metode BMWP didapatkan total skor 20,75
sehingga sungai Kali Bokor termasuk dalam kualitas badan air kategori Kotor.
Kesimpulan
dari ketiga metode yang digunakan, didapatkan hasil bahwa kualitas air Kali
Bokor adalah kotor (Metode BMWP) dan Sedang ( MetodeTBI – BBI). Berdasarkan
hasil analisis, diketahui bahwa hasil perhitungan dengan metode BBI
merepresentasikan kualitas air lebih baik dari metode TBI dan BMWP karena
kelengkapan famili yang ada pada metode tersebut. Selain itu, metode BBI telah
memilikiintepretasi kualitas air berdasarkan indeks biotik, sedangkan metode
lain hanya memiliki sistem scoring indeks biotik saja. Sehingga
disimpulkan bahwa kualitas kali bokor untuk parameter biologi ada pada kategori Sedang dengan potensi Tercemar (Kotor).
Dari biomonitoring lingkungan yang dilakukan dengan berpedoman pada parameter fisik, kimia dan biologi dapat disimpulkan bahwa kualitas sungai Kalibokor ada pada kategori Sedang dengan potensi Tercemar (Kotor) jika tidak dilakukan usaha perbaikan lingkungan seperti pembersihan sungai dari sampah ataupun pelarangan pembuangan limbah domestik ataupun limbah industri langsung ke sungai.
Dari biomonitoring lingkungan yang dilakukan dengan berpedoman pada parameter fisik, kimia dan biologi dapat disimpulkan bahwa kualitas sungai Kalibokor ada pada kategori Sedang dengan potensi Tercemar (Kotor) jika tidak dilakukan usaha perbaikan lingkungan seperti pembersihan sungai dari sampah ataupun pelarangan pembuangan limbah domestik ataupun limbah industri langsung ke sungai.
nyari materi ini, nemu tugas biomon dulu di sini, wkwkw
ReplyDelete