Beberapa hari terakhir hujan sudah enggan datang, kemarau tampak semakin dekat atau bahkan sebenarnya sudah sampai. Panas yang begitu terik membuat gerah seharian. Tanah perlahan menjadi kering karena lama tidak terjamah hujan sehingga banyak debu berterbangan tersapu oleh angin. Debu yang berterbangan di udara sangat rentan mengandung kuman penyakit dan berpotensi menimbulkan gangguan pernafasan. Apalagi di masa pandemi covid19, harus lebih waspada lagi dalam menjaga kesehatan.
Kebiasaan rutin memakai masker saat berada di luar rumah ini sangatlah dianjurkan demi kebaikan diri sendiri dan juga orang lain di sekitar. Apalagi memasuki musim kemarau dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi dibandingkan musim penghujan. Menyambut kedatangan kemarau, banyak sekali yang sudah saya persiapkan. Terlebih lagi di musim pandemi seperti sekarang ini semuanya memang sudah harus diantisipasi. Kedatangan kemarau yang selalu penuh dengan permasalahan dasar mengenai kekeringan, susahnya mendapatkan air bersih, serta masalah yang lebih serius lagi mengenai potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tentunya semakin memperburuk kualitas udara.
Baca juga:
Bersinergi mewujudkanpelestarian #airuntukKehidupan di masa pandemi
Menolak lupa sejarah Karhutla terburuk di Indonesia
Karhutla selalu menjadi
langganan terjadi tiap tahun di beberapa daerah di Indonesia. Masih terlekat
kuat di ingatan, Karhutla yang terjadi tahun lalu di Riau, Sumatera Selatan,
Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat menyebabkan
banyak saudara kita yang terdampak asap karhutla, terutama akibat kebakaran
lahan gambut. Tercatat data Kementrian Kesehatan hingga September 2019 sebanyak
hampir 150 ribu orang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Area hutan dan lahan
yang terbakar per Agustus 2019 mencapai 135,7 ha dan paling banyak terjadi di Sumatera
dan Kalimantan. Sejarah Karhutla terburuk terjadi pada tahun 1997 dan 2015. Luas
area terbakar mencapai 9.75 juta ha pada tahun 1997 dan 2.6 juta ha yang sama dengan
32 kali luas Jakarta pada tahun 2015. Melihat data area kebakaran hutan,
sebenarnya telah terjadi penurunan area karhutla dari tahun 2018 ke tahun 2019
disertai dengan penurunan titik api.
Update data terbaru berdasarkan pantauan satelit Terra/Aqua KLHK RI sampai dengaan 11 Juni 2020 terpantau sebanyak 731 titik api di seluruh Indonesia. Ibu Anis Aliati sebagai Kasubdit Pencegahan Karhutla Direktorat PKHL, Ditjen Perubahan Iklim, KLHK, menyampaikan saat Talkshow Perubahan Iklim Episode 3 bersama KBR, bahwa pada periode yang sama tahun 2019 terdapat 1.066 titik api. Hal ini berarti telah terjadi penurunan titik api sebesar 31,43%.
Penurunan ini menjadi berita yang menggembirakan untuk
masyarakat Indonesia dan tentunya tidak lepas dari usaha tanpa kenal lelah para
satgas Karhutla dalam melakukan langkah-langkah pencegahan. Satgas Karhutla
dibentuk di tiap daerah yang diketuai oleh Gubernur dan terdiri dari
instansi-instansi pemerintah seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah, KLHK,
TNI Polri, Manggala Agni, Bintara Pembina Desa (Babinsa) serta instansi lainnya.
Bagaimana Karhutla bisa terjadi?
Sepengetahuan saya,
Karhutla terjadi akibat aktivitas pembukaan lahan untuk berbagi kepentingan
dengan cara pembakaran yang tidak tekendali. Hal ini mengakibatkan tidak hanya
lahan yang ditargetkan saja yang terbakar, namun merembat ke lahan sekitarnya
dan terjadilah kebakaran dalam skala besar yang kemudian disebut dengan karhutla.
Ancaman terjadinya
Karhutla meningkat pada musim kemarau. Berdasarkan informasi dari Ibu Dwikorita
selaku Kepala BMKG, tahun ini Indonesia mengalami El-Nino netral dengan
kekeringan pada musim kemarau lebih tinggi dibandingkan normal. Perlu untuk
lebih waspada lagi menyikapi ancaman Karhutla tentunya dengan meningkatkan
partisipasi aktif dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah namun pihak industri
dan juga masyarakat.
Berdasarkan informasi
dari BMKG, perkiraan daerah yang mengalami kemarau lebih kering dari normal
dengan indicator curah hujan relatif di bawah normal termasuk daerah rawan
Karhutla, meliputi sebagian wilayah Lampung, beberapa wilayah Sumatera Selatan
dan Riau bagian Utara. Potensi Karhutla harus lebih diwaspadai terutama untuk
bulan Juni-Agustus.
Seberapa besar dampak yang
ditimbulkan akibat Karhutla?
Dampak karhutla
sangatlah besar dan tidak bisa dianggap remeh. Karhutla yang terjadi memberikan
dampak buruk tidak hanya pada lingkungan yang rusak, pencemaran udara akibat
asap pembakaran, namun juga ekonomi dan tentunya kesehatan.
Menyebabkan Penurunan Kualitas Udara
Akibat asap Karhutla,
tercatat pada bulan September 2019 kualitas udara di Palangka Raya menurun
sampai level “Hazardous” atau berbahaya dengan indeks kualitas udara mencapai
480, jauh dari batas aman yakni 100. Bahkan puncaknya pada 15-16 September 2019
indeks kualitas udara melampaui angka 900. Kabut asap yang begitu tebal juga
membatasi jarak pandang dan menyebabkan iritasi pada mata. Tidak hanya kota
Palangka Raya, indeks kualitas udara di Pekanbaru juga mencapai 489. Hal ini berarti
kandungan partikel dan gas-gas polusi telah jauh lebih banyak daripada udara yang
bersih atau sehat.
Indeks kualitas udara
yang melebihi 300 memiliki kandungan oksigen jauh lebih rendah dibandingkan
dengan kandungan udara sehat. Selain efek dari kandungan bahan polutan yang ada
di udara tercemar, turunnya kualitas oksigen tentunya sangat mempengaruhi
kualitas hidup manusia. Indeks kualitas udara ini dihitung berdasarkan
pengukuran partikulat halus, ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2), sulfur
dioksida (SO2) dan emisi Karbon Monoksida (CO).
Nah, kualitas udara juga diukur dengan menghitung partikel halus, yaitu PM2,5 (ukuran partikel 2,5 mikron) dan PM10 (ukuran partikel 10 mikron). Menurut data dari airvisual, pada 13 September 2019, terdeteksi konsentrasi PM2,5 di Palangka Raya mencapai 1200 mikrogram/meter kubik atau setara dengan menghisap sekitar 54 batang rokok. Bisa dibayangkan setebal apa kan ya asapnya, seram sekali membayangkan saja. Implikasi negatif dari Karhutla lainnya adalah kenaikan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan munculnya gas beracun, seperti hydrogen, furan dan juga sianida.
Menyebabkan Masalah Kesehatan Khususnya Pada Masyarakat di Daerah Terdampak
Penurunan kualitas udara
akibat Karhutla tentunya sangat memberikan dampak buruk pada masalah kesehatan
khususnya pada masyarakat yang tinggal di daerah terdampak. Apalagi di tengah
pandemi seperti sekarang ini, udara yang tidak bersih meningkatkan resiko untuk
terpapar virus covid19. Karhutla sangat mengancam kesehatan masyarakat
khususnya yang memiliki riwayat sakit pernafasan.
Paparan terhadap asap
Karhutla dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru meskipun sebenarnya efek
tersebut bisa pulih kembali. Jangka pendeknya, asap Karhutla menyebabkan ISPA sedangkan untuk jangka
panjang bisa menyebabkan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), menurunkan
kecerdasan otak serta menghambat kinerja jantung. Masyarakat yang beresiko
tinggi pada Karhutla yaitu sama dengan masyarakat beresiko tinggi pada Covid-19,
yaitu anak-anak, ibu hamil serta lansia yang sudah memilki riwayat penyakit
kronis seperti asma, stroke, kanker paru dan penyakit jantung koroner. Nah di
masa pandemi seperti sekarang ini, kondisi pasien dalam pengawasan covid-19
akan menjadi semakin parah jika berada di daerah yang terdampak asap Karhutla.
Apakah antisipasi yang bisa dilakukan untuk menghadapi ancaman karhutla di masa pandemi?
Melihat penurunan titik api yang tercatat periode Juni tahun ini menjadi bukti usaha Pemerintah yang tidak tinggal diam menghadapi ancaman Karhutla di masa pandemi seperti sekarang ini. Seperti yang dilakukan oleh Satgas Karhutla terus melakukan pencegahan dan penanganan Karhutla dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan covid-19. Berikut ini lima langkah antisipasi yang bisa dilakukan untuk menghadapi ancaman karhutla di masa pandemi, yuk simak lebih lanjut ~
1. Mengoptimalkan Pemantauan Titik Api
Satgas Karhutla memilki
tugas utama dalam mencegah terjadinya karhutla. Manggala Agni adalah garda
terdepan yang bertugas dalam penanggulangan karhutla di lapangan dan sigap
melakukan pemeriksaan jika terpantau ada titik api di satelit Terra.
Manggala Agni merupakan
brigade pengendalian kebakaran hutan Indonesia yang dibentuk oleh Department
Kehutanan pada tahun 2003. Manggala Agni dibentuk dengan tujuan khusus untuk
melaksanakan tugas pengendalian kebakaran hutan yang kegiatannya meliputi
pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kabakaran hutan. Di masa pandemi
covid 19, Manggala Agni bertugas sesuai dengan tatanan normal baru dan protokol
kesehatan covid19.
Adanya pemantauan titik api yang optimal diharapkan bisa segera dipadamkan atau dikendalikan sehingga titik api tidak sampai membesar dan terhindar dari kebakaran. Terutama untuk lahan-lahan gambut karena upaya pemadaman lahan gambut menjadi lebih sulit karena karakter lahan gambut yang mudah terbakar.
2. Aktif Melakukan Patroli, Kampanye, Sosialisasi dan Pemadaman
Satgas Karhutla tetap
melakukan patroli terpadu, patrol mandiri, kampanye, sosialiasi serta pemadaman
dengan selalu memperhatikan protokol kesehatan covid19. Patroli terpadu
dilakukan bersama-sama oleh Manggala Agni, KLHK, TNI Polri, Babinsa dan juga
masyarakat. Sementara patrol mandiri hanya dilakukan oleh personel Manggala Agni.
Ibu Anis dari KLHK menyampaikan bahwa di beberapa tempat Manggala Agni juga
aktif melakukan penyemprotan disinfektan organic buatan sendiri dari cuka kayu.
Selain itu, Manggala Agni juga memberikan bantuan alat pencegahan covid-19 pada
masyarakat berupa hand sanitizer dan masker.
Sosialisasi pada masyarakat juga gencar dilakukan KLHK melalui berbagai media cetak dan online. KLHK terus berupaya melakukan penyadartahuan kepada masyarakat melalui kegiatan pembinaan rohani dengan menggangeng pemuka agama ataupun melalui kegiatan sosial tentang pencegahan karhutla, terutama di wilayah-wilayah yang rawan terjadi karhutla.
3. Melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca Menghadapi Musim Kemarau
Teknologi modifikasi cuaca dalam rangka menghadapi musim kemarau sudah dilakukan oleh KLHK bersama BPPT, TNI AU, mitra kerja usaha serta didukung data iklim dari BMKG. Teknologi modifikasi cuaca dilakukan pada wilayah-wilayah yang akan memasuki musim kemarau untuk memperpanjang bulan basahnya. Modifikasi ini sudah dilakukan di Riau selama 15 hari. Modifikasi cuaca juga dilakukan di wilayah Sumatera Selatan dan Jambi.
4. Melakukan Penegakan Hukum pada Pelaku Karhutla
Sanksi untuk para pelaku Karhutla sudah diterapkan, baik sanksi andministrasi, sanksi perdata ataupun sanksi pidana. Pak Bambang dari Fakultas Perhutanan IPB juga menyampaikan bahwa penegakan hukum pada para pelaku Karhutla ini sebagai salah satu upaya untuk mencegah kerusakan-kerusakan lainnya, seperti peningkatan emisi gas rumah kaca dan penurunan kualitas kesehatan masyarakat terdampak asap karhutla. Penegakan hukum juga menjadi bukti bahwa Indonesia tidak melegalkan perilaku pembakaran lahan yang tidak terkendali.
5. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat
Partisipasi aktif
masyarakat juga sangat berperan dalam mengantisipasi ancaman Karhutla di masa
pandemi seperti sekarang ini. Masyarakat hendaknya tidak melakukan pembakaran
sampah di lahan atau hutan terutama saat angin kencang di musim kemarau karena
beresiko menyebarkan kobaran api dan menyebabkan kebakaran. Masyarakat juga
diharapkan tidak membuang puntung rokok sembarangan di area hutan ataupun
lahan, apalagi jika masih menyala beresiko memicu terjadinya kebakaran. Masyarakat diharapkan berperan aktif melaporkan ke Satgas Karhutla setempat jika
menemukan titik api berbahaya yang dapat memicu terjadinya karhutla.
Selain menjaga
lingkungan dari ancaman terjadinya karhutla, dr. Feni Fitriani, Dokter Ketua
Pokja Paru dan Lingkungan, menyarankan masyarakat yang tinggal di daerah terdampak Karhutla untuk menerapkan pola hidup
sehat terutama dalam menjaga kesehatan paru-paru.
Lima langkah antispasi yang bisa dilakukan mulai dari patroli rutin Satgas Karhutla, penerapan teknologi modifikasi cuaca, penegakan hukum serta pasrtisipasi aktif masyarakat diharapkan mampu membuat kita lebih sigap menghadapi ancaman Karhutla ketika musim kemarau tiba, terutama di masa pandemi seperti sekarang ini. Semoga antisipasi yang diusahakan juga bisa berjalan dengan baik dan kemarau di masa pandemi bisa dilalui tanpa adanya karhutla di wilayah Indonesia. Terus semangat juga menjaga kelestarian lingkungan sekitar ya. Stay healthy, stay hydrated and stay away from covid19 ~
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Kalian juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya bisa selengkapnya lihat di sini ya. Yuk ikutaan juga, biar makin banyak yang terinspirasi untuk peduli terhadap ancaman Karhutla saat musim kemarau di masa pandemi seperti sekarang ini #hutandanudara.
Referensi:
Abdi, Alfian Putra. 2019. Cerita Warga Menanggung Penyakit Akibat Asap Karhutla. https://tirto.id/cerita-warga-menanggung-penyakit-akibat-asap-karhutla-ejrq. Diakses tanggal 20 Juni 2020
Anugerah, Pijar. 2019. Kebakaran hutan: Pakar kesehatan peringatkan kualitas udara ‘sangat berbahaya’ akibat asap. https://www.bbc.com/indonesia/amp/majalah-49738855 Diakses tanggal 20 Juni 2020.
Arumningtyas, Lusi. 2020. Kemarau Datang, Waspada Kebakaran Hutan di Masa Pandemi. https://www.mongabay.co.id/2020/05/11/kemarau-datang-waspada-kebakaran-hutan-di-masa-pandemi/. Diakses tanggal 21 Juni 2020.
Kurnia, Alfa. 2020. Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi. https://ibuibudoyannulis.com/alfakurnia/kemarau-dan-ancaman-karhutla-di-tengah-pandemi/ Diakses tanggal 20 Juni 2020
Talkshow Kemarau dan Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi - KBR Prime https://www.kbrprime.id/ Diakses tanggal 19 Juni 2020
Ada lagi karhutla?? Ya Allah, semoga segera terselesaikan. Aamiin..
ReplyDeleteSemogaaa ndak terjadi yaa mbak di musim kemarau kali ini, aamiin aamiin. Pantau terus dan ikut melakukan antisipasinyaa ya mbak 😁
DeleteYa Allah, di SUlsel juga ada titik api lebih dari seratus ya.
ReplyDeletesampai dengaan 11 Juni 2020 terpantau sebanyak 731 titik api di seluruh Indonesia, walaupun turun masih banyak ini. Saya pikir gak ada lagi karena tak ada beritanya di TV nasional. Semoga saja bisa segera tertangani
Iyaa mbaak, aamiin. Alhamdulillah sudah menurun dan tidak sebanyak tahun lalu. Insya Allah terpantau dengan baik dan tidak sampai menimbulkan karhutla. Aamiin 😊
Deletebencana kathula gak kelar-kelar di indonesia, siapa ya yang bakar hutan kita ya dengan sengaja? jahat bgt deh
ReplyDeleteBiasanya oknum pembuka lahan dalam skala besar mbaaak, semoga kemarau tahun ini gak ada yg jahat begitu yaa. Aamiin
DeleteAduh aku merinding soal karthula ini. Ada tiga hal yang membuat kita berhati-hati soal corona, kekeringan dan karthula ini ya. Aduh gimana ini ya jadinya.
ReplyDeleteSamaa mbak, aku jugaa. Harus siap siagaa, ikutin juga langkah langkah antisipasinya mbaak 😊 insya Allah aman 😊
DeleteKita bakar sampah nafas sudah sesak, apalagi asap Karhutla ya .. Semoga tidak ada lagi karhutl yang masa yg akan datang lindungi hutan, kalau bukan kita siapa lagi
ReplyDeleteBenerr buu, kalau bukan kita yg beraksi siapa lagi. Jaga hutan sama" ya dengan lebih peka dan tanggap akan kondisi yg ada 😊
DeleteKarhutla ini permasalahan serius yang perlu ditangani secara serius juga dan butuh kerja sama semua pihak. Memang sekarang dianjurkan banget pakai masker, meski udah banyak yang cuek enggak pake, aku tetep pakai meski cuman ke warung dekat rumah. Begitu juga anakku
ReplyDeleteBagusss mbaaak, gak boleh ikutaan cuek juga yaa kita. Demi kebaikan dan keselamatan diri jugaa 😁
DeleteIni bencana tahunan ya mbak, semoga segera terantispasi dgn baik ya
ReplyDeleteAamiin iyaa mbaak 😊
DeleteSemoga tidak ada lagi kebakaran hutan di tahun ini. Musim pandemi kayak gini kasihan banget yang tinggal didaerah hutan sawit dan hutan gambut.
ReplyDeleteAamiin mbaak ugikk, iyaa mbak sepakat banget. Mereka yg resikonya paling besar yaa. Semoga tidak ada karhutla musim kemarau tahun ini dan semuanyaa kondisi aman. Aamiin
DeleteKarhutla sjk dulu sih ada tapi baru pada rajin cekrek upload sejak sosmed haha, aku kerja di perkebunan jd paham betul apa mengapa, sayang banyak yg nulis dr informasi media
ReplyDeleteWahh iyaa mbak ulie, jd lebih paham kondisi di lapangan yg ada ya. Pasti lebih rumit lagi urusannya ya mbak. Apalagi kalau urusannya sama oknum" yg tega membuka ladang tanpa mengikuti prosedur yg berlaku. Akibatnya karhutla dan dampaknya yg sungguh merugikan banyak orang 😥
DeleteDi tempat aku (kalimantan) karhutla jadi bencana langganan yang melanda. Ini udah mulai muncul titik panas di sekitar
ReplyDeleteHuhuhu stay safe yaa mbaak disanaa. Selalu patuhi juga protokol kesehatan yg ada, semoga aman" semuaa. Aamiin
DeleteSemoga tahun ini karhutla bisa direduksi bahkan kalau bisa nggak ada sama sekali ya, Mbak. Ini informasinya bagus banget. Lengkap juga. Semoga menang, Mbak Lucky.
ReplyDeleteAamiin aamiin, makasiih mbaak alfaaa 😊
DeleteSemoga masalah Karhutla yang jadi langganan tiap tahun bisa segera menemukan solusi terbaik ya.. kasihan masyarakat yang jadi korban..
ReplyDeleteAamiin, iyaa mbak dani. Gak bsa bayangin kalau sampai ada karhutla di musim pandemi begini. Makin rumit kondisinya, naudzubilahimindzalik semoga tidak terjadi, aamiin. ..
Deleteternyata dampak karhutla sungguh luar biasa ya. baca ini jd merinding. kasihan kerabat yg jd korban dampak karhutla
ReplyDeleteIyaa mbak, semoga kemarau tahun ini gak ada karhutla ya mbaak. Aamiin 😊
DeleteKapan ya orng2 ini kapok buat gak bakar2 hutan. Padahal hutan itu kan berguna banget buat bumi. Dan asapnya gak bagus buat kesehatan.
ReplyDeleteIyaa mbak, saya juga heran kapan ya sadar kalau hutan ini juga warisan untuk anak cucu kita kelak. Belum lagi dampak karhutla yg sungguh merugikan semua pihak di berbagai sektor 😥
DeleteKarhutla memang musuh bersama ya. Dampaknya amat sangat besar bagi mereka yang terdampak. Perlu penanganan yang lebih tegas lagi bagi pengusaha yang jadi dalang pembakaran hutan
ReplyDeleteBener mbaak susi, sudah ada ada peraturan yg mengatur. Semoga eksekusinya sesuai di lapangan sehingga tidak ada lagi oknum" pembakaran hutan. .
DeleteSemoga tahun ini tidak heboh seperti beberapa tahun kemarin ya..
ReplyDelete