Belum
genap sebulan rasanya, namun Indonesia sudah penuh dengan kerinduan. Banyak hal
yang saya rindukan dari tanah kelahiran. Tentunya kehangatan berkumpul bersama
keluarga, kelezatan makanan yang sudah jelas kehalalnya serta keramahan
warganya. Indonesia, meskipun tidak semaju dan semodern negara ini namun selalu
menjadi negeri ternyaman untuk tinggal, khususnya kaum muslim.
Indonesia
dengan segala keunikannya, selalu membuat rindu ini kian menderu. Beberapa hal
ini yang membuat saya begitu cinta pada Indonesia. Pun sangat bersyukur lahir
menjadi warga Indonesia dan tumbuh besar di lingkungan yang begitu menghargai sopan
santun serta keramahan.
Beberapa hal berikut yang selalu menjadi pengingat saya
untuk terus bersyukur karena lahir dan tumbuh di Indonesia:
1. Beragam makanan halal mudah didapatkan
Mencari
makanan halal disini? Cukup susah, apalagi sekitar kampus tidak ada café muslim
seperti dulu saat summer exchange ke Tianjin. Alhasil, saya pribadi membatasi
diri untuk makan di luar dengan alasan meminimalisir makan makanan yang belum
jelas halal haramnya. Meskipun menu yang dimakan adalah ikan ataupun hanya sayur,
namun apabila dalam café tersebut menyediakan menu babi tentu kemungkinan besar
masakannya dimasak menggunakan peralatan yang sama. Mulai dari pisau,
penggorengan dan peralatan lainnya. Alhasil makanan menjadi tidak halal karena
tercampur dengan babi meskipun secara tidak langsung.
Sedih,
padahal kalau melewati café-café gitu aromanya sungguh menggugah selera. Namun
apadaya harus selalu selektif dalam membeli makanan yang akan dikonsumsi. Akhirnya
untuk mengatasi itu saya masak sendiri di dapur halal yang ada di asrama.
Alhamdulillah sampai saat ini selalu diberikan rasa kenyang yang jauh lebih
lama dari biasanya. Allah Maha Baik.
2. Selalu mendengar adzan dan banyak tempat
untuk melakukan ibadah
Ini
adalah hal yang begitu saya rindukan. Dulu setiap mau sholat selalu mendengar
merdunya adzan. Pun jelas tersedia musholla atau paling tidak ruangan kecil
apabila di tempat umum untuk sholat. Disini saya belajar banyak hal, jadi
semakin rindu sama Allah. Semoga bisa istiqomah, menanti waktu sholat sembari melakukan tugas tugas yang bermanfaat.
Untuk
jurusan saya sendiri di kampus, muslim sangat jarang sekali. Hanya 3 mungkin
dari sekian ratus mahasiswa dan dosen serta staff. Alhasil tidak ada musholla,
pun ruangan untuk belajar sudah terlalu penuh dan tidak ada tempat untuk bisa
sholat. Allah Maha Baik, selalu ada jalan keluar untuk hal yang baik. Ada ruang
kosong di dekat lift dan jarang dilewati orang.
Alhamdulillah, bisa jadi tempat sholat untuk dua tahun di sini.
3. Budaya dan busana yang terus terjaga
Hidup
di negara maju seperti sekarang ini kadang membuat saya takut, takut tidak bisa
teguh menjaga pendirian. Pun menjaga sopan santun serta kebiasaan baik lainnya
seperti menjaga budaya, menjaga busana dan menjaga ucapan. Indonesia, punya
semua aturan yang ada. Disini juga ada aturan sendiri yang jelas lebih bebas
daripada di Indonesia. Meskipun ada juga di Indonesia yang sering melanggar
budaya dan aturan busana yang ada, namun sopan santun yang berkembang di
lingkungan saya tumbuh membuat saya begitu merindukan keseharian yang penuh
kesopanan baik segi ucapan maupun busana. Ajining
diri ana ing lathi, ajining raga ana saka busana.
4. Keramahan warganya yang selalu
menyenangkan hati
Benar,
orang Indonesia pada umumnya begitu ramah. Itu yang saya rasakan. Meskipun
tidak semuanya begitu, namun menyapa orang Indonesia lebih menyenangkan. Meskipun
orang yang tidak dikenal, mereka tetap saja membalas salam ataupun kembali
menebar senyuman. Hiks, disini saya mencoba menganggung dan mengucap salam (안영하세요), namun yang disapa terus aja cuek. Apa mungkin aneh
disini ya ada budaya sapa menyapa orang yang tidak dikenal. Padahal keramahan
yang dibagikan antar sesama selalu menyenangkan hati.
5. Lezatnya indomie hingga sayur lodeh dan
gulai ayam yang murah serta mengenyangkan
Yap,
indomie (Indonesia mie pakai banget). Saya membawa sekitar 20 indomie kesini,
namun rasanya masih saja kurang. Apadaya, bagasi tidak cukup kalau ingin bawa
satu pabriknya. Lol. Jumat malam menjadi malam yang sangat menyenangkan bagi
saya, karena saya selalu memutuskan untuk nostalgia Indonesia dalam semangkok
indomie. Entah mie goreng, mie ayam bawang, mie soto dan rasa lainnya.
Rasa
indomie yang dijual di sini pun berbeda. Meskipun belum pernah merasakan secara langsung, namun teman saya yang sudah pernah mencoba langsung menuturkan demikian. Kurang tasty dan gak se-ngreget
bumbunya kalau indomie langsung dari Indonesia. Pun harganya disini juga 2 kali lipat lebih mahal,
yaitu 500 won atau sekitar 5000 rupiah. Selain lezatnya indomie, saya juga
sangat rindu makan sayur lodeh buatan ibuk serta gulai ayam yang begitu yummy.
Meskipun kolesterolnya tinggi banget sih. Lol.
Indonesia
oh Indonesia, perjuangan baru saja dimulai. Beragam kerinduan ini akan terus
berulang setiap harinya. Namun satu, saya tak hanya ingin mencintaimu. Saya juga
ingin membuat mereka disini (khususnya teman-teman korea ataupun international
students lainnya) lebih tahu dan dekat dengan dirimu. Sampai ketemu Indonesia,
doakan saya selalu sukses dan bisa pulang kembali padamu dengan membawa
kebanggan.
Salam dalam keheningan
옹비과 B 동,
2017-09-17
Alhamdulillah Lucy, Selamat menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi! Kehadiranmu di Korea saja pasti membuat Indonesia bangga ;)
ReplyDeleteInsyaAllah makin betah dan ditunggu postingan2 seru tentang kehidupan disana, dan kalau bisa mbak request postingan yg ngajarin basic Hangul yaaaa.. Biar makin asyik nonton K-drama. xixixixii
Loh memangnya sekarang ada dimana?
ReplyDeleteMeskipun suasana nya beda dgn indonesia tetap jaga ciri khas indonesia ya, yg masyarakatnya ramah ramah dan murah senyum 😊.
Kalo ngomngin mie instan sy setuju cuma indomi paling mantap.
Jangan lupa stok indomie!
Banyak suara merdu adzan yang mengingatkan saya untuk salat tepat waktu. Ramah tamah warganya. Selalu ada kerinduan.
ReplyDeleteKak Lucy semangat belajar ya di Korea. Ku do'akan yang terbaik untukmu kak.
ReplyDeleteAmin, Semoga sukses selalu.
Deleteaamiin, yaa robbalallamin. semoga mbak bisa mengharumkan nama indonesia, dinegeri rantauan
ReplyDeleteTetap semangat mb Lucy, 2 tahun akan menjadi pengalaman indah disana akan ada waktunya buat merasakan semua yang mb Lucy rindukan disini :) tetep konsentrasi, fokus sama target dan jaga kesehatan y mba. Dibawa enjoy y mba *ya ampun komen aku sotoy banget* hahaha
ReplyDeleteAku pikir di sana ramah-ramah juga. Tidak terlalu ternyata ya.
ReplyDeleteDuh Indomie memang selalu di rindukan oleh orang-orang yang sedang tidak berada di Indonesia ya. Jadi ingat suami temanku, padahal bukan asli Indonesia. Dan baru mengenal Indonesia setelah bekenalan dengan temanku itu saat kuliah di Belanda beberapa tahun lalu. Tapi setiap dia ke Indonesia dan akan kembali ke negara asalnya, dia selalu bawa 1 koper khusus isi Indomie. ahahaha
Semangat terus ya, Mbak. Semoga dilancarkan kulihanya.
Indomie mania hadir🙋😁
ReplyDeleteSemangat ya mbak, disana. Jauh dr rumah itu memang ga selalu mudah. :)
wah selamat menmpuh hidup di negeri rantau mbak
ReplyDelete(sek tak nyanyi Lagu Teluk Bayur....)
ditahan dulu kangennya mbak
insha allah barokah, amin
Fighting mbk :D
ReplyDeleteKeren ih di Korea, titip salam sm Minho Shinee yah mbk. wkwkwk
Bdw follback blog boleh? makasih :)
Kereeen mbak, next time kasih tips2 beasiswa dan pengalamannya dong ((mau))
ReplyDeleteCita-citaku pengen setahun atau dua tahun aja dapat kerja di luar negeri biar bisa menikmati lingkungan yang berbeda. Tapi pas baca artikel ini kayaknya aku juga bakalan kayak Mbak nih. Kadang lagi traveling sebentar ke tempat yang minoritas muslim aja sudah kangen suara adzan.
ReplyDeleteketemu oppa ya wkwk, walah kuliahnya di korea sekarang, bagi ilmu biar bisa tembus ke luar negeri dong mbaaa
ReplyDeleteIndonesia membuat saya selalu ingat ttg g30s PKi, hihi
ReplyDeleteuwaaaaaaa T_T
ReplyDeletekak luckyyyyyy
hati-hati yaaaa
jaga hati di sanaaaaa
semoga dapat mengharumkan nama Indonesia di negeri seberang
nggak kaget kalo ntar kak lucky pulang-pulang agak kurusan, hehe. soalnya juga temenku yang belajar di daerah non muslim pada kurusan semuaa gegara wanti-wanti sama makanan